Warta Haji News
Jemaah Haji Indonesia Apresiasi Pelayanan Haji 2025

Kementerian Agama Terapkan Program Tanazul untuk Kurangi Kepadatan Jemaah Haji di Mina

Mulai tahun ini, Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag) resmi menerapkan program baru bernama Tanazul dalam rangkaian puncak ibadah haji yang berlangsung di kawasan Arafah, Muzdalifah, dan Mina—yang biasa dikenal dengan sebutan Armuzna. Langkah ini merupakan bagian dari upaya untuk mengurangi kepadatan jemaah, khususnya saat berada di tenda-tenda Mina pada malam mabit atau bermalam.

Plt. Inspektur Jenderal Kemenag, Faisal Ali Hasyim, menyampaikan bahwa seluruh petugas haji diminta berperan aktif dalam menyukseskan program Tanazul ini. Ia menekankan pentingnya peran para petugas sebagai ujung tombak keberhasilan kebijakan inovatif ini, terutama dalam pelaksanaannya di Mina.

“Program Tanazul diterapkan pada saat pelaksanaan ibadah mabit di Mina. Kami mengharapkan para petugas haji bisa menjadi motor penggerak dan agen perubahan dalam pelaksanaan program ini,” ujarnya, dikutip dari situs resmi Kemenag pada Selasa, 6 Mei 2025.

Faisal menjelaskan bahwa inti dari program Tanazul adalah pengurangan jumlah jemaah yang menginap di tenda-tenda Mina. Dalam skema ini, sebagian jemaah yang menginap di hotel-hotel sekitar area jamarat—tempat pelaksanaan lontar jumrah—akan diarahkan untuk kembali ke penginapan mereka, alih-alih tinggal di tenda Mina. Dengan demikian, kepadatan yang biasanya terjadi di Mina saat malam mabit dapat ditekan secara signifikan.

Program Tanazul ini merupakan tindak lanjut dari keberhasilan program Murur yang telah dijalankan pada musim haji tahun 1445 Hijriah atau 2024 Masehi. Sebagai informasi, Murur adalah bentuk inovasi dalam manajemen pergerakan jemaah, di mana mereka tidak perlu turun dari kendaraan saat melewati Muzdalifah. Jemaah tetap berada di dalam bus dan langsung diarahkan menuju Mina. Skema ini terbukti efektif dalam mengurangi risiko kemacetan dan kepadatan yang kerap terjadi di titik-titik kritis saat puncak ibadah haji.

Kemenag memastikan bahwa skema Murur akan kembali diterapkan pada penyelenggaraan ibadah haji tahun 1446 Hijriah mendatang, sebagai bagian dari strategi manajemen yang berkelanjutan.

Lebih lanjut, Faisal menegaskan pentingnya kedisiplinan dan komitmen seluruh petugas haji dalam menjalankan tugas mereka. Ia mengingatkan bahwa seluruh petugas bekerja di bawah arahan langsung Menteri Agama selaku Amirul Hajj, pemimpin tertinggi dalam pelaksanaan ibadah haji Indonesia.

“Kami berharap semua petugas menunjukkan ketaatan penuh terhadap aturan, bekerja dengan penuh disiplin, dan berkomitmen pada prinsip ‘zero pelanggaran’ dalam melaksanakan tugas-tugasnya,” tegas Faisal.

Ia juga mengimbau para petugas untuk selalu menjaga kondisi fisik, mengingat beratnya beban tugas selama penyelenggaraan haji. Sikap profesional, tutur Faisal, sangat dibutuhkan agar pelayanan kepada jemaah haji Indonesia dapat berjalan maksimal dan optimal.

“Jangan pernah lupa untuk senantiasa memanjatkan doa kepada Allah SWT, agar segala proses dan tugas yang kita emban diberikan kelancaran dan kemudahan. Semoga pelaksanaan ibadah haji tahun ini bisa berjalan sukses, membawa manfaat besar bagi seluruh jemaah,” pungkasnya.

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *