Sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas pelayanan haji di tingkat daerah, Asrama Haji Antara Maluku kini menerapkan sistem pelayanan satu pintu (one stop service) yang terintegrasi, lengkap dengan pendekatan humanis khususnya bagi jemaah lanjut usia (lansia). Inovasi ini tidak hanya bertujuan untuk mempermudah proses keberangkatan, tetapi juga untuk menciptakan suasana yang ramah, efisien, dan penuh kepedulian terhadap kebutuhan setiap individu calon haji.
Menurut Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Maluku, kebijakan ini diambil sebagai respons terhadap dinamika penyelenggaraan haji yang semakin kompleks dan menuntut pelayanan yang cepat namun tetap berorientasi pada kenyamanan jemaah.
“Dengan sistem layanan satu atap ini, seluruh tahapan—mulai dari penerimaan jemaah, pengecekan kesehatan akhir, distribusi gelang identitas, hingga penyampaian informasi manasik—bisa dilakukan dalam satu lokasi. Jemaah tidak perlu berpindah-pindah ruang dan hal ini sangat memudahkan, terutama bagi jemaah lansia,” ungkapnya saat meninjau langsung proses layanan di Asrama Haji Waiheru, Ambon.
Pelayanan Humanis untuk Jemaah Lansia di Asrama Haji Maluku
Selain memudahkan secara administratif, layanan ini dirancang dengan sentuhan kemanusiaan. Sejumlah fasilitas tambahan disiapkan guna menjawab kebutuhan jemaah lanjut usia dan penyandang disabilitas. Jalur khusus bagi lansia, kursi roda yang memadai, ruang tunggu sejuk yang dilengkapi sofa nyaman, serta pendampingan personel khusus menjadi bagian tak terpisahkan dari layanan yang diberikan.
Baca Juga : Kemenag Update Operasional Hari Ketigabelas Penyelenggaraan Ibadah Haji 1446 H
Para petugas juga telah dilatih untuk memberikan perhatian ekstra terhadap jemaah lansia, mulai dari membantu mereka saat proses registrasi hingga mendampingi menuju kamar atau aula pengarahan. Bahkan, waktu layanan pun diatur agar tidak memberatkan fisik jemaah yang berusia lanjut, seperti tidak dilakukan pada siang hari yang terik.
“Orang tua kami ini bukan sekadar tamu negara, mereka adalah tamu Allah yang harus kita layani dengan sepenuh hati. Kami ingin memastikan mereka berangkat ke Tanah Suci dalam keadaan tenang, sehat, dan bahagia,” ujar salah satu petugas.
Respons Positif dari Jemaah
Sistem ini mendapat tanggapan positif dari para jemaah. Mereka merasa lebih nyaman dan tidak merasa kewalahan dengan proses administrasi yang sering kali melelahkan. Salah seorang jemaah lansia, Ibu Salmah, 68 tahun, mengaku sangat terbantu dengan adanya jalur khusus dan pendampingan yang sabar serta ramah.
“Dulu waktu anak saya berangkat haji, saya lihat antreannya panjang, capek katanya. Tapi sekarang saya duduk saja, ada yang bantu semua. Alhamdulillah, pelayanannya luar biasa,” ucapnya haru.
Artikel Lainnya Untuk Anda : Musim Haji 2025 Kemenag Fokus Tingkatkan Layanan bagi Jemaah Lansia dan Disabilitas
Upaya Kemenag Menuju Pelayanan Haji yang Inklusif
Langkah yang dilakukan oleh Asrama Haji Maluku ini sejalan dengan semangat Kemenag RI untuk menghadirkan pelayanan haji yang inklusif dan profesional. Pemerintah melalui Kementerian Agama terus mendorong seluruh daerah untuk melakukan inovasi dan adaptasi sesuai karakteristik jemaahnya, khususnya mengingat mayoritas jemaah Indonesia setiap tahunnya berasal dari kelompok usia 60 tahun ke atas.
Dengan terus meningkatnya jumlah jemaah lanjut usia, diperlukan pendekatan yang lebih sensitif terhadap kebutuhan mereka. Ini mencakup tidak hanya fasilitas fisik, tetapi juga pendekatan psikologis dan emosional yang menenangkan.
“Keberangkatan ke Tanah Suci bukan hanya soal logistik, tetapi juga soal kesiapan mental dan spiritual. Maka dari itu, pelayanan yang lembut dan menghargai adalah bagian penting dari proses ini,” ujar Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji.
Model Pelayanan yang Harus Dicontoh
Penerapan sistem layanan satu pintu dan layanan ramah lansia di Asrama Haji Maluku diharapkan menjadi contoh yang baik bagi asrama haji di provinsi lainnya. PPIH Daerah juga didorong untuk terus melakukan evaluasi layanan dan mengedepankan pendekatan yang menempatkan jemaah sebagai pusat perhatian utama (jemaah-centered service).
Ke depan, sistem ini akan terus dikembangkan, termasuk dengan integrasi teknologi informasi guna mempercepat proses administrasi dan mengurangi potensi antrean panjang. Kemenag juga berencana memberikan pelatihan khusus bagi para petugas agar lebih siap secara teknis dan emosional dalam melayani jemaah dari berbagai latar belakang.
Transformasi layanan di Asrama Haji Antara Maluku menunjukkan bahwa pelayanan yang baik bukan sekadar formalitas, tetapi merupakan bentuk nyata penghormatan terhadap jemaah sebagai tamu Allah. Dengan pendekatan yang lebih manusiawi dan sistematis, harapannya setiap calon haji dapat memulai perjalanan spiritualnya dengan kondisi terbaik, baik secara jasmani maupun rohani.